Minggu, 24 Agustus 2008

Selamatkan TVRI


TVRI tanggal 24 Agustus 2008, genap berusia 46 tahun.. Di usia terbilang hampir setengah abad, tentunya stasiun tertua di Indonesia, harusnya menampilkan program acara unggulan yang dinantikan masyarakat dan berita yang disajikan harusnya terbilang aktual. Di usia yang matang ini, TVRI seharusnya memiliki manajemen penyiaran yang baik, dewasa dalam mengambil keputusan dan profesional dalam bekerja.

Namun kini apa yang terjadi, TVRI tidak mampu untuk menyuguhkan beragam acara yang diminati masyarakat dan masih menyajikan acara yang monoton serta acara yang diproduksi hanya memenuhi kewajiban menyuarakan kepentingan publik, tanpa memperhatikan selera dan keinginan masyarakat. Begitu juga dengan masalah berita, untuk daerah jabotabek, mungkin tidak kalah dengan TV swasta namun berita dari daerah, sangat tertinggal karena belum memanfaatkan teknologi, layaknya TV swasta. Begitu juga dengan manajemen penyiarannya, masih kurang profesional dan terkesan kurang terencana.

Permasalahan yang dihadapi oleh TVRI begitu banyak, dan siapapun yang duduk di jajaran Dewan Pengawas serta jajaran Direksi, sangat sulit untuk menyelesaikannya. TVRI memiliki kelebihan dan kekurangan. Adanya kelebihan, harus dikembangkan untuk kemajuan dan kekurangan yang ada, hendaknya dijadikan peluang untuk mencapai kesuksesan.

Beberapa kelebihan dan kekurangan TVRI jika dilihat menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat), diperoleh informasi adalah sebagai berikut :
Kekuatan TVRI dari sisi kualitas SDM, terbilang professional di bidang Broadcasting, karena segudang diklat profesi, baik dalam maupun luar negeri. Disayangkan masalah kuantitas kurang menggembirakan, karena jumlah karyawan TVRI mencapai 7.000 orang, terbilang gemuk dibandingkan TV swasta. Namun TVRI sangat menggembirakan dari unsur Kapital atau permodalan. Unsur pendanaan ini bersumber APBN dan APBD serta kerjasama yang sah dengan pihak ketiga. Selain itu program acara unggulan yang masih ditunggu-tunggu masyarakat adalah Berita Nasional dan dunia Dalam Berita.

Kelemahan TVRI diantaranya Program acara kurang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan masyarakat, rendahnya take home pay yang diterima karyawan dan belum memanfaatkan teknologi penyiaran secara optimal dibandingkan televisi swasta.

TVRI juga memiliki beberapa ancaman yang perlu disikapi diantaranya, persaingan yang sangat ketat di tingkat nasional dengan banyaknya TV Swasta dan di tingkat lokal, TVRI daerahpun mendapat gempuran yang signifikan dari TV swasta lokal dengan penjualan spot promo harga murah. Pada bagian lain, ancaman yang sangat serius untuk dicermati, image TVRI yang kurang bagus dimata masyarakat dimana penerimaan siaran televisi di rumah penduduk masih kurang bersih sehingga orang kurang tertarik untuk menonton dan berimbas kepada pelanggan / mitra kerja, enggan beriklan di TVRI.. Disamping itu, masyarakat juga kurang memahami penggunaan sistim pemancar TVRI, dimana selama ini menggunakan sistim VHF, harus menggunakan antene lama, sedangkan antene baru, hanya menangkap siaran dengan sistim UHF. Siaran TVRI memang kurang bagus diterima masyarakat karena perbedaann sistim pemancaran siarannya.

Dibalik ini semua, TVRI masih memiliki peluang yang besar untuk merebut kesempatan dan bersaing dengan TV swasta, diantaranya, minat masyarakat menonton TV masih sangat tinggi, terbukti saat berita nasional dan dunia dalam berita,
masyarakat di daerah masih menunggu informasi dari TVRI, karena dianggap memiliki informasi yang akurat dan tidak ada unsur rekayasa serta intrik politik dan tujuan bisnis apapun. Peluang yang lain, yaitu Dunia Broadcasting, memiliki kue iklan yang cukup besar, dimana tahun 2007, salah satu Televisi swasta nasional, mampu mengantongi keuntungan iklan mencapai 1 Trilliun rupiah, angka yang fantastis untuk kondisi saat ini. TVRI walaupun berstatus sebagai follower (mengekor) TV swasta dalam beriklan, tapi masih punya peluang untuk merebut pasar, terutama untuk segmentasi iklan masyarakat di pedesaan dan iklan layanan publik dari instansi Pemerintah maupun Swasta. Peluang besar ini harus diikuti dengan good will pengelola TVRI untuk merubah siarannya, khususnya dibeberapa kota besar. Sistim pemancaran siarannya harus diubah dari VHF menjadi UHF, sehingga gambar dan suara dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Peluang yang sangat membanggakan, ternyata masyarakat masih sangat tinggi minatnya untuk tampil di TV, dan merupakan satu kebanggaan, bila muncul di layar kaca dan ditonton oleh karib-kerabatnya.

Implikasi Perubahan

Pertama, TVRI harus memperbaiki pemancarnya, dari sistim VHF menjadi UHF, dan hal ini harus segera diubah dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, jika TVRI ingin merebut hati pemirsa dan memberikan pelayanan kepada publik sesuai dengan peran dan funsi TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik.

Kedua, TVRI harus berani mengurangi jumlah karyawan, karena jumlah karyawan TVRI sudah mencapai 7.000 orang dan tidak efektif serta tidak efisien lagi dalam kondisi sebuah stasiun Televisi. Hal ini berimbas kepada take home pay yang diterima karyawan, hanya mendapatkan gaji sesuai flat PNS.

Ketiga, TVRI harus menggunakan teknologi penyiaran, dengan mengganti peralatan dari analog menjadi sistim penyiaran digital. Upaya penggantian ini, sudah dilakukan beberapa waktu lalu, diresmikan oleh Wapres.RI Bapak Yusuf Kalla, di TVRI Jakarta, namun perlu dikembangkan hingga ke daerah-daerah.

Keempat, TVRI harus mendudukan permasalahan modal kerja dengan pemerintah dan DPR-RI, karena dana APBN 2008, TVRI hanya mendapatkan dana 264 Milyar, 64 diantaranya untuk pembangunan Pemancar di Kebun Jeruk dan 200 milyar untuk operasional yang dibagi dengan puluhan TVRI daerah. Tidak mengherankan, dana operaional program siaran untuk sebuah stasiun daerah, hanya 370 juta, untuk satu tahun siaran dengan durasi 3 jam perhari. Padahal mengisi program siaran yang layak, membutuhkan dana 10 hingga 15 milyar rupiah, untuk tiga jam siaran di TVRI daerah. Tidak mengherankan pula, TVRI daerah harus menyembah-nyembah Gubernur dan Bupati-walikota untuk meminta anggaran APBD membantu siaran TVRI Daerah.

Kelima, TVRI harus melakukan survey ulang, terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat, tentang acara yang disukai. Program acara harus mengacu kepada apa yang dibutuhkan dan apa yang diingin masyarakat, bukan apa yang diinginkan pengelola stasiun televisi. Survei pemirsa dibeberapa daerah, dilakukan oleh Badan Pengembangan –Litbang- TVRI, harus berkesinambungan dilakukan agar tidak bias dalam hasil dan penerapannya.
Untuk TV swasta, masih menggunakan AC Nelsen untuk Rating, namun karena TVRI tidak punya dana yang kuat, sebaiknya dilakukan sendiri dengan melibatkan TVRI daerah, dan datanya tinggal dikirim ke Jakarta.

Keenam, Program Berita TVRI, walaupun sudah menggunakan ¼ tranponder untuk mengirim berita, namun bagi TVRI daerah yang belum memiliki SNG, menjadi sebuah masalah dan TVRI daerah yang tidak memiliki SNG, tidak memiliki kesempatan untuk mengirim berita aktual dari daerah tersebut. Jika ingin membeli SNG, harus mengeluarkan uang sekitar 400 juta dan uang sebanyak ini dari mana....?, untuk BBM liputan saja sudah kembang kempis, ditambah lagi dengan kenaikan harga BBM, serta seringnya mati listrik, menyebabkan bengkaknya biaya pembelian solar untuk menghidupkan genset pengganti power PLN. Untuk pengiriman berita menggunakan Internet sudah pernah dibicara dalam rapat kepala pemberitaan TVRI daerah dengan GM Berita, GM Program, GM penunjang siaran, serta jajaran Direksi TVRI, namun saat ini, TVRI jakarta tidak memiliki orang yang akan menanggani masalah IT serta tidak adanya dana untuk membeli komputer serta jaringan Internet. Pada hal teknologi pengiriman berita menggunakan internet, sudah lama dilakukan oleh TV swasta, dengan biaya murah dan cepat, tanpa harus menunggu waktu yang lama.

Formulasi Strategi

Strategi SO (Streangth- Opportunity)
Optimalkan program Unggulan TVRI untuk menghasilkan tontonan yang menarik.

Strategi WO (Weakness – Opportinuty)
Ciptakan program acara yang menarik dengan memanfaatkan teknologi penyiaran.

Strategi ST (Streangth – Oppurtunity)
Perkuat program unggulan dengan memperbanyak variasi dan memperluas jaringan bekerjasama dengan TVRI Daerah

Strategi WT (Weakness – Threath)
Perbanyak kerjasama dengan mitra kerja untuk meningkatkan fungsi LPP TVRI

Untuk menyelamatkan TVRI dari kondisi yang tidak menentu, seperti pepatah ibarat kerakap tumbuh di batu, hidup segan, mati tak mau, perlu penguatan kelembagaan LPP TVRI, pendanaan yang jelas dalam jumlah yang mencukupi, karena TVRI tidak mampu bersaing untuk mencari uang, disebabkan lemahnya SDM dan infrastruktur.

Di usia ke-46, rakyat Indonesia berharap, TVRI mampu menampilkan yang terbaik untuk masyarakat sesuai dengan motto, TVRI, mencerdaskan kehidupan bangsa.


Tidak ada komentar: