Rabu, 01 Oktober 2008

5.000 warga kota Padang Sholat Idul Fitri di Halaman Kantor Gubernur Sumbar


Gema Takbir, Tahmid dan Tahlil berkumandang seantero atmosfir kota Padang dan Bumi Nusantara pada Satu Syawal 1429 Hijriah, atau satu Oktober 2008. Hal ini disebabkan umat Muslim merayakan hari kemenangan setelah 1 bulan penuh berpuasa melawan hawa nafsu.

Dalam merayakan hari kemenangan ini, tidak kurang 5.000 warga kota Padang memadati halaman kantor Gubernur Sumatera Barat dan tumpah ruah sampai ke jalan di depan halaman kantor.

Walaupun langit kota Padang pada pagi hari kurang bersahabat yang ditandai dengan mendungnya langit serta turunnya hujan rintik, tidak menyurutkan warga kota untuk melakukan sholat Idul Fitri di lapangan terbuka.
Namun karena kebesaran Illahi, langit yang mendung, berubah menjadi cerah dan umat muslim dapat melaksanakan sholat Idul Fitri dengan khusuk.

Sebelum pelaksanaan sholat Idul Fitri, Gubernur Sumatera Barat, Gamawan fauzi, SH, MM memberikan sambutan, yang intinya, umat Islam sudah melakukann jihad yang paling besar yaitu menjalankan ibadah puasa, yang merupakan perang dengan diri sendiri dalam mengendalikan hawa nafsu.
Disamping itu, umat muslim di Sumatera Barat dihadapkan dengan permasalahan kemiskinan dan pengangguran. Melalui proses di bulan Ramadhan, umat Muslim diharapkan mampu berempati dengan permasalahan sosial, saling tolong menolong sehingga permasalahan kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan.

Pada bagian lain, Sofwan Karim Emha, Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, dalam khotbah Shilat Idul Fitri menyatakan, manusia memiliki 4 sifat, tiga diantaranya berpotensi untuk merugikan orang lain diantaranya sifat garang dan bengis, buas serta selalu mengikuti hawa nafsu. Selama satu bulan berpuasa, sifat-sifat kebinatangan itu, dikikis habis. Namun sifat yang baik yaitu Rubudiah, mampu memberikan kesejahteraan orang dan selalu menenteramkan melalui bacaan Asmaul Husnah, berkumandang dimana-mana. Ironisnya, dibelahan Negara maju dengan ekonomi yang cukup tinggi dan ilmu pengetahuan yang cukup maju, ternyata banyak orang yang bunuh diri karena terjadinya kegelisahan.

Oleh karena itu, berpuasa bagi umat muslim merupakan salah satu obat mujarab untuk menenteramkan hati dan jiwa serta memberikan kesolehan ditengah-tengah masyarakat.



Sabtu, 06 September 2008

Persaingan antar stasiun TV tidak sehat

Televisi di tanah air sudah menjadi Industri Penyiaran, yang mau tidak mau, masing-masing stasiun berupaya menarik perhatian pemirsa dengan berbagai acara unggulan yang diminati oleh masyarakat. Jika ada stasiun televisi yang tidak berorientasi pada kebutuhan dan keinginan pemirsa, maka akan ditinggalkan.

Tidak mengherankan, TV swasta Nasional berlomba-lomba memproduksi acara unggulan dan harus berkiblat ke AC Nielsen (sebuah lembaga survey rating acara TV) serta menjadikan dewa bagi seluruh stasiun TV Nasional, karena mampu mempengaruhi para pemasang iklan, berebut kapling di acara yang banyak ditonton.

Dari data yang diperolah dari sebuah stasiun televisi swasta nasional, acara unggulan mereka dapat meraup iklan dengan keuntungan mencapai 1 Trilliun rupiah dari penjualan iklan dan program acara per-tahun. Betapa tidak, sebuah iklan dengan durasi 30 detik, dijual seharga Rp 5.000.000,- (Lima juta rupiah) dan iklan rokok mampu dijual seharga Rp 10 juta hingga 15 juta rupiah per-spot (sekali tayang). Begitu juga dengan acara Talkshow, durasi 30 menit dijual seharga Rp 60 juta rupiah dan durasi 60 menit, dijual Rp 120 juta hingga Rp 150 juta rupiah.

Namun apa yang terjadi di TV swasta Lokal, saking susahnya mencari iklan, TV swasta lokal membanting harga hingga Rp 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah) per-sekali tayang TVC atau seharga 1 persen dari tarif iklan swasta nasional. Program acara Talkshow durasi 60 menit, dijual seharga Rp 1.000.000,- (Satu juta rupiah).
Secara logika, tidak masuk diakal, kok bisa mereka menjual iklan TVC semurah itu, dan menjual program acara, jauh dari harga normal,. dimana letak hitungan ekonominya. Apakah ini merupakan keberhasilan sebuah stasiun swasta lokal atau merupakan kemunduran dari TV swasta lokal.
Dimanakah peran regulasi dari KPID untuk mengatur masalah harga dan persaingan tidak sehat ini. Beberapa Stasiun swasta lokal, yang memiliki modal pas-pasan, pasti akan mati secara perlahan, karena pengaruh persaingan tidak sehat dari stasiun tetangga yang menjual dengan harga murah.

Menurut UU.RI no.32 tahun 2002, tentang Penyiaran Pasal 8 ayat 3 berbunyi, KPI di tingkat pusat dan KPID di tingkat daerah, mempunyai tugas dan kewajiban point c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antar lembaga penyiaran dan industri terkait. Namun kenyataan dilapangan, KPID di daerah tutup mata dengan persaingan yang tidak sehat ini, dan banyak pihak dirugikan.

Para pengamat ekonomi menyatakan, resep keberhasilan menghadapi Persaingan Global, pertama, semua pihak harus memainkan produknya dengan harga murah (Low price) seperti yang dilakukan produk-produk dari China, kedua, kualitas barang yang prima, ketiga, pelayanan yang baik (cepat dalam pendistribusian) dan keempat, cepat merespon jika ada klaim dari mitra atau customer.

Harga murah inilah yang dimainkan oleh beberapa Industri Media massa termasuk TV Lokal. Namun masuk diakalkah, dengan harga yang murah sebuah Televisi bisa survive...? Berapa BEP yang harus dimainkan dan berapa lama akan kembali modal jika TVC atau program acara dijual dengan murah….?

Untuk mengatur hal ini, perlu regulasi dari KPID di daerah dan dimana perannya KPID saat ini...? Stasiun televisi, dibeberapa daerah banyak yang kolap, karena masalah tingginya biaya operasional.

Akan dibiarkankah TV swasta lokal lainnya mati karena rendahnya harga TVC dan jual program acara yang murah dari oknum TV swasta lokal .....?
Semua berpulang kepada hatinurani kita semua.......

Minggu, 24 Agustus 2008

Selamatkan TVRI


TVRI tanggal 24 Agustus 2008, genap berusia 46 tahun.. Di usia terbilang hampir setengah abad, tentunya stasiun tertua di Indonesia, harusnya menampilkan program acara unggulan yang dinantikan masyarakat dan berita yang disajikan harusnya terbilang aktual. Di usia yang matang ini, TVRI seharusnya memiliki manajemen penyiaran yang baik, dewasa dalam mengambil keputusan dan profesional dalam bekerja.

Namun kini apa yang terjadi, TVRI tidak mampu untuk menyuguhkan beragam acara yang diminati masyarakat dan masih menyajikan acara yang monoton serta acara yang diproduksi hanya memenuhi kewajiban menyuarakan kepentingan publik, tanpa memperhatikan selera dan keinginan masyarakat. Begitu juga dengan masalah berita, untuk daerah jabotabek, mungkin tidak kalah dengan TV swasta namun berita dari daerah, sangat tertinggal karena belum memanfaatkan teknologi, layaknya TV swasta. Begitu juga dengan manajemen penyiarannya, masih kurang profesional dan terkesan kurang terencana.

Permasalahan yang dihadapi oleh TVRI begitu banyak, dan siapapun yang duduk di jajaran Dewan Pengawas serta jajaran Direksi, sangat sulit untuk menyelesaikannya. TVRI memiliki kelebihan dan kekurangan. Adanya kelebihan, harus dikembangkan untuk kemajuan dan kekurangan yang ada, hendaknya dijadikan peluang untuk mencapai kesuksesan.

Beberapa kelebihan dan kekurangan TVRI jika dilihat menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat), diperoleh informasi adalah sebagai berikut :
Kekuatan TVRI dari sisi kualitas SDM, terbilang professional di bidang Broadcasting, karena segudang diklat profesi, baik dalam maupun luar negeri. Disayangkan masalah kuantitas kurang menggembirakan, karena jumlah karyawan TVRI mencapai 7.000 orang, terbilang gemuk dibandingkan TV swasta. Namun TVRI sangat menggembirakan dari unsur Kapital atau permodalan. Unsur pendanaan ini bersumber APBN dan APBD serta kerjasama yang sah dengan pihak ketiga. Selain itu program acara unggulan yang masih ditunggu-tunggu masyarakat adalah Berita Nasional dan dunia Dalam Berita.

Kelemahan TVRI diantaranya Program acara kurang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan masyarakat, rendahnya take home pay yang diterima karyawan dan belum memanfaatkan teknologi penyiaran secara optimal dibandingkan televisi swasta.

TVRI juga memiliki beberapa ancaman yang perlu disikapi diantaranya, persaingan yang sangat ketat di tingkat nasional dengan banyaknya TV Swasta dan di tingkat lokal, TVRI daerahpun mendapat gempuran yang signifikan dari TV swasta lokal dengan penjualan spot promo harga murah. Pada bagian lain, ancaman yang sangat serius untuk dicermati, image TVRI yang kurang bagus dimata masyarakat dimana penerimaan siaran televisi di rumah penduduk masih kurang bersih sehingga orang kurang tertarik untuk menonton dan berimbas kepada pelanggan / mitra kerja, enggan beriklan di TVRI.. Disamping itu, masyarakat juga kurang memahami penggunaan sistim pemancar TVRI, dimana selama ini menggunakan sistim VHF, harus menggunakan antene lama, sedangkan antene baru, hanya menangkap siaran dengan sistim UHF. Siaran TVRI memang kurang bagus diterima masyarakat karena perbedaann sistim pemancaran siarannya.

Dibalik ini semua, TVRI masih memiliki peluang yang besar untuk merebut kesempatan dan bersaing dengan TV swasta, diantaranya, minat masyarakat menonton TV masih sangat tinggi, terbukti saat berita nasional dan dunia dalam berita,
masyarakat di daerah masih menunggu informasi dari TVRI, karena dianggap memiliki informasi yang akurat dan tidak ada unsur rekayasa serta intrik politik dan tujuan bisnis apapun. Peluang yang lain, yaitu Dunia Broadcasting, memiliki kue iklan yang cukup besar, dimana tahun 2007, salah satu Televisi swasta nasional, mampu mengantongi keuntungan iklan mencapai 1 Trilliun rupiah, angka yang fantastis untuk kondisi saat ini. TVRI walaupun berstatus sebagai follower (mengekor) TV swasta dalam beriklan, tapi masih punya peluang untuk merebut pasar, terutama untuk segmentasi iklan masyarakat di pedesaan dan iklan layanan publik dari instansi Pemerintah maupun Swasta. Peluang besar ini harus diikuti dengan good will pengelola TVRI untuk merubah siarannya, khususnya dibeberapa kota besar. Sistim pemancaran siarannya harus diubah dari VHF menjadi UHF, sehingga gambar dan suara dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Peluang yang sangat membanggakan, ternyata masyarakat masih sangat tinggi minatnya untuk tampil di TV, dan merupakan satu kebanggaan, bila muncul di layar kaca dan ditonton oleh karib-kerabatnya.

Implikasi Perubahan

Pertama, TVRI harus memperbaiki pemancarnya, dari sistim VHF menjadi UHF, dan hal ini harus segera diubah dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, jika TVRI ingin merebut hati pemirsa dan memberikan pelayanan kepada publik sesuai dengan peran dan funsi TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik.

Kedua, TVRI harus berani mengurangi jumlah karyawan, karena jumlah karyawan TVRI sudah mencapai 7.000 orang dan tidak efektif serta tidak efisien lagi dalam kondisi sebuah stasiun Televisi. Hal ini berimbas kepada take home pay yang diterima karyawan, hanya mendapatkan gaji sesuai flat PNS.

Ketiga, TVRI harus menggunakan teknologi penyiaran, dengan mengganti peralatan dari analog menjadi sistim penyiaran digital. Upaya penggantian ini, sudah dilakukan beberapa waktu lalu, diresmikan oleh Wapres.RI Bapak Yusuf Kalla, di TVRI Jakarta, namun perlu dikembangkan hingga ke daerah-daerah.

Keempat, TVRI harus mendudukan permasalahan modal kerja dengan pemerintah dan DPR-RI, karena dana APBN 2008, TVRI hanya mendapatkan dana 264 Milyar, 64 diantaranya untuk pembangunan Pemancar di Kebun Jeruk dan 200 milyar untuk operasional yang dibagi dengan puluhan TVRI daerah. Tidak mengherankan, dana operaional program siaran untuk sebuah stasiun daerah, hanya 370 juta, untuk satu tahun siaran dengan durasi 3 jam perhari. Padahal mengisi program siaran yang layak, membutuhkan dana 10 hingga 15 milyar rupiah, untuk tiga jam siaran di TVRI daerah. Tidak mengherankan pula, TVRI daerah harus menyembah-nyembah Gubernur dan Bupati-walikota untuk meminta anggaran APBD membantu siaran TVRI Daerah.

Kelima, TVRI harus melakukan survey ulang, terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat, tentang acara yang disukai. Program acara harus mengacu kepada apa yang dibutuhkan dan apa yang diingin masyarakat, bukan apa yang diinginkan pengelola stasiun televisi. Survei pemirsa dibeberapa daerah, dilakukan oleh Badan Pengembangan –Litbang- TVRI, harus berkesinambungan dilakukan agar tidak bias dalam hasil dan penerapannya.
Untuk TV swasta, masih menggunakan AC Nelsen untuk Rating, namun karena TVRI tidak punya dana yang kuat, sebaiknya dilakukan sendiri dengan melibatkan TVRI daerah, dan datanya tinggal dikirim ke Jakarta.

Keenam, Program Berita TVRI, walaupun sudah menggunakan ¼ tranponder untuk mengirim berita, namun bagi TVRI daerah yang belum memiliki SNG, menjadi sebuah masalah dan TVRI daerah yang tidak memiliki SNG, tidak memiliki kesempatan untuk mengirim berita aktual dari daerah tersebut. Jika ingin membeli SNG, harus mengeluarkan uang sekitar 400 juta dan uang sebanyak ini dari mana....?, untuk BBM liputan saja sudah kembang kempis, ditambah lagi dengan kenaikan harga BBM, serta seringnya mati listrik, menyebabkan bengkaknya biaya pembelian solar untuk menghidupkan genset pengganti power PLN. Untuk pengiriman berita menggunakan Internet sudah pernah dibicara dalam rapat kepala pemberitaan TVRI daerah dengan GM Berita, GM Program, GM penunjang siaran, serta jajaran Direksi TVRI, namun saat ini, TVRI jakarta tidak memiliki orang yang akan menanggani masalah IT serta tidak adanya dana untuk membeli komputer serta jaringan Internet. Pada hal teknologi pengiriman berita menggunakan internet, sudah lama dilakukan oleh TV swasta, dengan biaya murah dan cepat, tanpa harus menunggu waktu yang lama.

Formulasi Strategi

Strategi SO (Streangth- Opportunity)
Optimalkan program Unggulan TVRI untuk menghasilkan tontonan yang menarik.

Strategi WO (Weakness – Opportinuty)
Ciptakan program acara yang menarik dengan memanfaatkan teknologi penyiaran.

Strategi ST (Streangth – Oppurtunity)
Perkuat program unggulan dengan memperbanyak variasi dan memperluas jaringan bekerjasama dengan TVRI Daerah

Strategi WT (Weakness – Threath)
Perbanyak kerjasama dengan mitra kerja untuk meningkatkan fungsi LPP TVRI

Untuk menyelamatkan TVRI dari kondisi yang tidak menentu, seperti pepatah ibarat kerakap tumbuh di batu, hidup segan, mati tak mau, perlu penguatan kelembagaan LPP TVRI, pendanaan yang jelas dalam jumlah yang mencukupi, karena TVRI tidak mampu bersaing untuk mencari uang, disebabkan lemahnya SDM dan infrastruktur.

Di usia ke-46, rakyat Indonesia berharap, TVRI mampu menampilkan yang terbaik untuk masyarakat sesuai dengan motto, TVRI, mencerdaskan kehidupan bangsa.


Jumat, 22 Agustus 2008

TVRI Sumbar menuju Siaran Satelit

Kelemahan yang dihadapi oleh TVRI dalam menyebarluaskan siarannya ke rumah-rumah penduduk, terletak pada sistim pemancar (transmisi) yang masih menggunakan VHF. Untuk di Sumatera Barat, TVRI memiliki 13 stasiun transmisi VHF dengan daya pancar yang semakin berkurang dan penerimaan di masyarakatpun kurang baik, jika dibandingkan dengan televisi swasta yang menggunakan sistim UHF.
Pemanfaatan sistim UHF, untuk TVRI, seharusnya sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi, karena memang sudah tuntutan zaman dan kemajuan teknologi, serta selera masyarakat yang menginginkan kesempurnaan gambar. Namun disayangkan, TVRI masih menggunakann VHF, karena kurangan dana untuk pengadaan peralatan transmisi dan sudah seharusnya para petinggi TVRI di Jakarta, memikirkan hal ini.

Adalah langkah maju bagi TVRI stasiun NAD, TVRI Papua dan TVRI Kalbar, menggunakan satelit dalam siarannya, untuk meminimalisasi penerimaan yang kurang bagus dan menghindari blank spot di daerah perbukitan. Pemikiran untuk mengikuti jejak ketiga stasiun TVRI daerah diatas, Pemda Sumatera Barat, telah berkomitmen untuk membantu TVRI Sumbar untuk menggunakan satelit dalam siarannya agar informasi yang diberikan pemerintah, termasuk kabupaten-kota yang belum terjangkau siaran televisi dapat menikmati siaran televisi hingga kepelosok nagari.

Langkah maju ini, telah direalisasikan oleh Pemda Propinsi Sumatera Barat, dengan membuat MOU antara propinsi dengan kabupaten-kota, untuk membantu TVRI Sumbar pada tahun 2009, dengan menganggarkan dana dalam APBD-nya, sehingga hambatan dalam penyiaran oleh TVRI Sumbar, tidak menemui kendala yang berarti.

Dalam mendukung hal ini, TVRI Sumbar juga menyiapkan perangkat pendukung, termasuk kesiapan SDMnya guna menyukseskan program siaran menggunakan satelit. Salah satu langkah yang ditempuh dengan mengadakan pelatihan untuk memperluas akses dan mengkader reporter dan kamerawan Berita, sehingga pada bulan januari 2009, sudah siap dengan SDM yang berkualitas. Pelatihan yang digelar adalah penyiapan Reporter dan Kamerwan berita yang dikemas dalam pelatihan One Man News, dimana dalam peliputan berita, hanya dilakukan oleh satu orang, dan sangat efisien dalam berbagai kegiatan dan efisien dalam opersional.

Pelatihan One Man News ini diikuti oleh 13 peserta, 4 diantaranya dari Staf humas Kota Payakumbuh, humas Kabupaten 50 Kota, humas Kabupaten Tanah Datar dan humas Kota Padang Panjang, selebihnya peserta umum, dengan pendidikan rata-rata sarjana strata Satu.
Kegiatan ini digelar selain untuk menyiapkan kontributor TVRI juga dalam rangka mengisi HUT ke-46 TVRI, agar LPP TVRI memberikan makna bagi masyarakat dalam menjalankan tugas keseharian.

One Man News Course, baru pertama kali dilaksanakan oleh TVRI Sumatera Barat, namun untuk pelatihan secara parsial, berupa reported an kamerwan saja, sudah tiga kali dilaksanakan.
Pelatihan Reporter dan Kamerwan berita televise terpadu ini, berdurasi 12 hari, dimulai tanggal 4 agustus 2008 dan berakhir 16 agustus 2008, dengan materi pelatihan seputar Industri pertelevisian dan produksi acara televisi, One Man News, teknik menulis naskah berita televisi, teknik menulis naskah feature, teknik wawancara dan dubbing, News Room, komunikasi jurnalistik dan pedoman prilaku penyiaran, pengenalan kamera, standar operating prosedure, ENG production, teori dan komposisi gambar televisi, teknik pengambilan gambar dan edit by camera, editing Non-Linear.

Setelah lulus pelatihan, peserta diharapkan dapat membantu TVRI Sumbar dalam meliput kegiatan serta menyebarluaskan informasi dari materi yang diliput dari kabupaten-kota masing-masing untuk diketahui oleh masyarakat secara luas.
Kedepan, pelatihan ini juga dapat dikembangkan, dengan materi yang lebih luas karena generasi muda di Sumatera Barat sangat besar minatnya dalam dunia penyiaran
Bravo TVRI Sumbar.